2bulan sudah berlalu dari pertemuan awal kita di danau karena Frieska, sampai sekarang begitu akrab membuat setiap orang yang melihat mengira aku dan Adien itu sepasang kekasih bahkan frieska sahabatku sendiri mengira aku dan Adien sudah jadian. Tapi perkiraan mereka salah, tak pernah ada kata yang terucap. tak pernah ada kata cinta ataupun sayang yang terucap dari mulutnya. Kita berjalan sebagai teman dekat, tapi tak tahu sedekat apa. Biarpun begitu aku tetap menikmatinya.
Dan Hari ini, 2bulan 4hari tepat kita sudah saling mengenal. Dan kita janjian untuk ketemu di danau setelah 4hari
sebelumnya Adien bilang tidak akan bisa menemui ku dulu karena harus mengurus keperluannya untuk masuk kuliah.
Terlihat Adien sudah duduk di bangku itu "hai, udah lama ya nunggu nya maaf yah! Tadi aku di suruh dulu sama mama.." ucapan ku tak di hiraukan, Adien malah asik melempar batu-batu kecil yang entah dia dapat dari mana. pikirku Adien marah karena aku terlambat datangnya. "kenapa diem gitu sih? Kamu marah yah karena aku terlambat datangnya?". Sakit rasanya melihat dia mendiamkan ku seperti ini sampai aku tak bisa mengendalikan air mata ku sendiri yang kini sudah turun membasahi kedua pipiku. Sementara Adien masih tetap diam, wajahnya begitu mendung seperti langit yang menaungi tempat duduk kita. beberapa menit lamanya kita saling diam.
Adien melihat ke arahku kemudian menggenggam tanganku "kenapa kamu nangis.." ucapnya sambil menyeka air mataku "muka kamu jadi jelek tuh! Mau liat ga muka jelek kamu saat nangis.." "kamu itu.. Membingungkan! Tadi diam ga tau kenapa? Terus sekarang so' so ngehibur! Kamu pikir itu lucu apa?!" ucapku dengan kesal "Aduhh,, cupcup.. Anak manis ga boleh nangis entar lucunya luntur lagi!" "ga lucu! Emangnya muka aku itu pakaian warna yang di cuci apa!" "Hahahaa,, makin nge gemesin kalo gini.." ujar Adien sambil tertawa.
"aku mau bicara serius sama kamu!" kalimat itu membuatku menatapnya dengan tatapan penasaran
Bersambung
